BAB
III
MENJAGA
KELESTARIAN ALAM
MARI MENGKAJI
DAN MEMAHAMI
1.
Q.S. al-Rûm
[30]: 41-42
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ۞ قُلْ
سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ
ۚ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
a.
Terjemah
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar) (41) Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orangorang yang dahulu. Kebanyakan dari
mereka itu adalah orangorang yang mempersekutukan (Allah)” (42)
b.
Penjelasan
Ibnu Katsir
mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat maksiat sesungguhnya dia telah
berbuat kerusakan, karena dengan maksiat dapat mengurangi keberkahan dan
kelestarian alam, oleh karena itu di dalam hadits disebutkan bahwa meninggalnya
orang-orang yang berbuat maksiat memberikan ketenangan bagi negara, manusia,
tumbuhan dan juga binatang. (HR. Bukhari). Dr. Wahbah al-Zuhaily di dalam
tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al fasâd adalah semua bentuk
kerusakan dan kondisi tidak nyaman yang terjadi di muka bumi ini, mulai dari
perubahan musim yang tidak tentu, munculnya cuaca ekstrim, kemarau yang
berkepanjangan, sumber daya alam yang menipis sehingga muncul kekhawatiran.
Penyebab itu
semua kembali kepada apa yang telah disampaikan oleh Ibnu Katsir di atas;
karena dosa maksiat dan perbuatan yang melanggar hukum, mengambil hak orang
lain, eksploitasi kekayaan alam secara berlebihan, serta menggunakannya secara
boros. Kerusakan alam yang menimbulkan kekhawatiran bagi manusia merupakan
peringatan dari Allah.Seharusnya ini mampu menyadarkan manusia untuk tidak lagi
melakukan perbuatan yang melanggar hukum dan kembali kepada nilai-nilai
agama.Oleh karena itu sudah waktunya ditegakkan hukum yang tegas bagi mereka yang
merusak alam.Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud memberikan gambaran, bahwa menegakkan hukum (bagi orang yang merusak) itu
lebih banyak memberikan ketenangan bagi penduduk dunia dari pada turunnya hujan
40 hari”.Allah SWT telah banyak memberikan pelajaran kepada manusia tentang
penyebab kehancuran umat terdahulu.Salah satu penyebab yang disebutkan di ayat
ini adalah karena mereka terlalu banyak melakukan kemusyrikan. Dari ayat-ayat
yang semacam ini sebenarnya kita diperintahkan untuk belajar dari kehancuran
umat terdahulu dan jangan sampai melakukan kesalahan yang sama.
2.
Q.S. al-A`râf
[7]: 56 – 58
وَلَا
تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ۞ وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ
الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا
ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا
بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ۞ وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ
وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ
لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ
a.
Terjemah
“Dan janganlah kamu membuatkerusakan di
muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat
Allah amat dekat kepada orangorang yang berbuat baik (56), Dan Dialah yang
meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmatNya
(hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke
suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami
keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buahbuahan. Seperti itulah Kami
membangkitkan orangorang yang telah mati, mudahmudahan kamu mengambil
pelajaran (57), Dan tanah yang baik, tanamantanamannya tumbuh subur dengan
seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanamantanamannya hanya tumbuh
merana. Demikianlah Kami mengulangi tandatanda kebesaran (Kami) bagi
orangorang yang bersyukur.(58)”.
b.
Penjelasan
Allah melarang
hambaNya membuat sedikit pun kerusakan di muka bumi ini. Sebagian ulama tafsir
menjelaskan bahwa alfasâd yang dimaksud di dalam ayat ini mencakup semua jenis kerusakan, baik yang
bersifat maknawi maupun yang bersifat materi, seperti merusak tuntunan agama
dengan kesyirikan dan perbuatan bid`ah, pembunuhan, perampasan hak milik dengan
pencurian atau korupsi, merusak akal dengan minuman beralkohol dan narkoba,
merusak keturunan dengan zina, perilaku homoseksual dan lesbian, termasuk
merusak sumber penghidupan (pertanian, peternakan, perkebunan), mengeksploitasi
tambang dan sumber daya alam secara berlebihan dan lain sebagainya.
Alishlâh
(perbaikan) yang dimaksud di dalam ayat tersebut juga mencakup pengertian
maknawi dan materi. Seperti diutusnya para nabi dan rasul dan munculnya
golongan orang-orang shaleh yang konsisten di bidang dakwah merupakan salah satu cara Allah dalam
memperbaiki dunia dan tatanannya. Dan salah satu bentuk perbaikan secara materi
yang dilakukan Allah adalah dengan menjadikan bumi yang gersang menjadi subur
melalui jaringan sistem alam yang konstan; Allah SWT memerintahkan angin
menggiring awan untuk menyirami tanah-tanah yang dikehendakiNya. Mari kita
rawat kelestarian alam, kita pelihara kesuburan tanah karena pesan yang bisa
ditangkap dari ayat tersebut adalah bahwa tanah yang subur dijadikan Allah
sebagai sumber penghidupan manusia yang menyediakan segala bentuk kebutuhan
pokok, maka jangan merusak keharmonisan alam yang dapat merubah yang subur
menjadi gersang yang tidak menumbuhkan tumbuhan apapun kecuali yang tidak
bermanfaat.
Tanah yang
subur menumbuhkan tumbuhan yang bermanfaat dengan izin Allah, dan tanah yang
gersang tidak dapat menumbuhkan tanaman dengan baik.Sebenarnya perumpamaan
al-Quran tentang kelestarian alam ini dapat diterapkan dalam ranah membentuk
keluarga yang harmonis. Semangat yang dikandung perumpamaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa keluarga yang baik insya Allah akan menghasilkan keturunan
yang berkepribadian baik, sementara keluarga dengan kondisi lingkungan tidak
baik akan menciptakan generasi yang merana.
3.
Q.S. Shâd [38]:
27
وَمَا خَلَقْنَا
السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ
كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
a. Terjemah
Artinya: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi
danapa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan
masuk neraka”.
b. Penjelasan
Tidak ada satu perbuatan pun yang diwajibkan Allah
atashambaNya yang tidak memiliki hikmah dan tujuan. Shalat berfungsi
mengendalikan diri untuk tidak berbuat kemunkaran dan kekejian (Q.S. al-Ankabût
[29]: 45). Zakat, infaq dan shadaqah menjadi unsur penting di dalam pemerataan
distribusi kekayaan (Q.S. al-Hasyr [59]: 7).
Puasa
menumbuhkan rasa mawas diri sehingga selalu berhati-hati di dalam berbuat (Q.S.
alBaqarah [2]: 183). Termasuk di dalam penciptaan manusia (dan jin), tujuannya
adalah agar manusia menjadikan semua perbuatannya bernilai ibadah (Q.S.
al-Dzâriât [51]: 56) sehingga tidak ada sedikit pun tindakan yang merusak dan
merugikan orang lain. Melalui ayat ini Allah memberitahukan kesempurnaanNya
dalam menciptakan langit, bumi dan isinya. Semua diciptakan dengan tujuan dan
hikmah, Allah menciptakan segala sesuatu dengan teliti dan seksama (Q.S.
al-Naml [27]: 88), tidak bermain-main (Q.S. alAnbiyâ’ [21]: 16, Q.S. al-Dukhân
[44 : 38), tidak ada yang sia-sia tanpa tujuan (Q.S. Ali Imrân [3]:191, Q.S.
al-Mukminûn [23]: 115). Sebenarnya ayat-ayat semacam ini mengandung pesan bagi
manusia untuk selalu berhati-hati di dalam menentukan kebijakan dan melakukan
tindakan, setiap kebijakan dan tindakannya harus menimbulkan pengaruh positif,
tidak menimbulkan kerusakan yang mengancam keharmonisan kehidupan dan
kelestarian alam.
4. Q.S.al-Furqân [25]:45 -50
أَلَمْ تَرَ إِلَىٰ رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ
الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ
دَلِيلًا۞ثُمَّ
قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا۞وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ
لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا۞وَهُوَ الَّذِي
أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ
مَاءً طَهُورًا۞لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا
أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا۞وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ
لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَىٰ أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا
a. Terjemah
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan)
Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayangbayang; dan kalau
dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayangbayang itu, kemudian Kami
jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayangbayang itu (45), kemudian Kami
menarik bayangbayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahanlahan (46),
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk
istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha (47). Dialah yang
meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan
rahmatnya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih (48),
agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami
memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami,
binatangbinatang ternak dan manusia yang banyak (49), Dan sesungguhnya Kami
telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil
pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali
mengingkari (nikmat) (50).
c. Penjelasan
Di sini, Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaanNya
berkaitan dengan kejadian alam berjalan tertib, konstan dan stabil setiap
hari.Apa yang disaksikan oleh ilmuan sama dengan apa yang disaksikan oleh
petani, semuanya berjalan sesuai dengan sunnatullah. Proses terjadinya bayangan
dengan melibatkan matahari, proses terjadinya siang dan malam dengan manfaat
dan kegunaan masing-masing bagi manusia, bertiupnya angin yang menggiring awan,
proses terjadinya hujan yang menghidupkan tanah-tanah gersang, juga memberikan
penghidupan bagi tanaman, binatang ternak dan manusia merupakan tanda-tanda
kekuasaan Allah yang harus direnungkan dan ditadabburiuntuk kebaikan kehidupan
manusia khususnya dan makhluk hidup pada umumnya. Ayat-ayat kauniyyah semacam
ini seperti yang sudah kita simpulkan di atas, memberikan pesan moral kepada
manusia untuk menjaga kelestarian alam dan keharmonisan lingkungan hidup.Allah
bertanggung jawab mengendalikan ciptaanNya untuk kelangsungan hidup manusia,
tetapi manusia juga bertanggung jawab atas kehidupannya dengan menjaga
kelestarian alam dan lingkungan sekitarnya.
5. Q.S. al-Baqarah [2]: 204 – 206
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ
عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ۞ وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي
الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللَّهُ لَا
يُحِبُّ الْفَسَاد۞ وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ
بِالْإِثْمِ ۚ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ ۚ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
a. Terjemah
Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang
ucapannyatentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada
Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling
keras (204), Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanamtanaman dan binatang ternak,
dan Allah tidak menyukai kebinasaan (205), Dan apabila dikatakan kepadanya:
“Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya
berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan sungguh neraka
Jahanam itu tempat tinggal yang seburukburuknya (206)
b. Penjelasan
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang munafiq
pada umumnya, yang mulutnya mengeluarkan kata-kata manis tetapi di dalam hatinya
memendam permusuhan yang sangat dengan nabi dan umat Islam pada umumnya. Kalau
bertemu dengan orang-orangIslam menunjukkan keislaman yang luar biasa meskipun
hatinya menyimpan kekafiran dan permusuhan, tetapi ketika kembali kepada
kelompoknya mereka merencanakan tipu daya terhadap nabi dan umat Islam. Rencana
jahat yang disebutkan di dalam surat ini adalah membinasakan ladang-ladang
pertanian yang menjadi sumber penghidupan dan kehidupan mereka, serta
menghentikan munculnya generasi muslim dengan rencana pembunuhan dan
peperangan.
Ketika orang-orang munafik diberi nasehat untuk
kembali ke jalan yang benar, tidak membuat kerusakan dan diajak bertakwa kepada
Allah, mereka senantiasa dengan kesombongannya menolak ajakan baik ini.Maka
tidak ada balasan yang layak bagi mereka kecuali neraka jahanam. Kalau ayat ini
dipahami dengan konteks kekinian dan keindonesiaan dengan tema pelestarian
alam, maka banyak oknum pejabat dan kepala daerah yang mempunyai karakter yang
sama dengan orang-orang munafik.
Go green merupakan salah satu tema sentral 10 tahun
terakhir bagi beberapa propinsi dan kabupaten/kota di Indonesia, sehingga
banyak daerah yang mencanangkan aksi penanaman 1000 pohon dengan segala
persiapan dan seremonial yang menghabiskan dana
milyaran. Tetapi kasus yang terjadi di salah satu propinsi, lokasi yang
digunakan untuk deklarasi penanaman 1000 pohon yang seharusnya menjadi hutan
kota, ternyata pada tahun berikutnya menjadi bangunan besar yang tidak banyak
berfungsi, sedang 1000 pohon yang ditanam di lokasi tersebut sudah tidak ada
yang tersisa. Inilah karakter orang munafik yang kebijakannya tidak sesuai
dengan penerapan di lapangan.
Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah seorang muslim yang menanam tanaman atau menanam tumbuhan, kemudian
memakan darinya burung atau manusia atau binatang, maka baginya pahala shadaqah
dari apa yang telah dimakan (tersebut)”. (HR.Bukhari dan Muslim)
Imam Muslim menulis hadits ini di dalam bab Keutamaan
Menanam Pohon dan Tanaman. Sebagian ulama juga menyatakan bahwa profesi sebagai
petani lebih mulia dibanding dengan profesi yang lain, karena petani memberi
manfaat bagi orang lain dengan menyediakan bahan makanan bagi mereka.
Tumbuh-tumbuhan pada umumnya mempunyai peranan yang sangat besar bagi
kelangsungan hidup semua makhluk.Oksigen yang dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup diproduksi oleh tumbuhan dan tanaman, maka keberadaan hutan sebagai
paruparu dunia perlu dijaga kelestariannya.Tumbuh-tumbuhan juga dapat
mengurangi terjadinya bahaya banjir dan tanah longsor.Belum lagi makhluk hidup
selain manusia mayoritas kelangsungan hidupnya bergantung kepada tumbuhan dan
tanaman, seperti burung, binatang ternak, binatang buas dan lainnya.
Hadits ini menganjurkan kita untuk gemar menanam pohon
dan bercocok tanam, karena dapat memberikan penghidupan bagi makhluk hidup
selain manusia.Dalam pengertian yang lebih luas, melestarikan alam merupakan
salah satu bentuk ibadah sosial, yang secara tidak disengaja kita telah ikut
berperan aktif memberikan dinasi/shodakoh untuk kehidupan manusia dan untuk
makhluk yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar