Sabtu, 12 Mei 2018

BAB III



BAB III
MENJAGA KELESTARIAN ALAM
MARI MENGKAJI DAN MEMAHAMI
1.      Q.S. al-Rûm [30]: 41-42
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ۞ قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
a.      Terjemah
     Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (41) Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang­orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang­orang yang mempersekutukan (Allah)” (42)
b.      Penjelasan
Ibnu Katsir mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat maksiat sesungguhnya dia telah berbuat kerusakan, karena dengan maksiat dapat mengurangi keberkahan dan kelestarian alam, oleh karena itu di dalam hadits disebutkan bahwa meninggalnya orang-orang yang berbuat maksiat memberikan ketenangan bagi negara, manusia, tumbuhan dan juga binatang. (HR. Bukhari). Dr. Wahbah al-Zuhaily di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al ­fasâd adalah semua bentuk kerusakan dan kondisi tidak nyaman yang terjadi di muka bumi ini, mulai dari perubahan musim yang tidak tentu, munculnya cuaca ekstrim, kemarau yang berkepanjangan, sumber daya alam yang menipis sehingga muncul kekhawatiran.
Penyebab itu semua kembali kepada apa yang telah disampaikan oleh Ibnu Katsir di atas; karena dosa maksiat dan perbuatan yang melanggar hukum, mengambil hak orang lain, eksploitasi kekayaan alam secara berlebihan, serta menggunakannya secara boros. Kerusakan alam yang menimbulkan kekhawatiran bagi manusia merupakan peringatan dari Allah.Seharusnya ini mampu menyadarkan manusia untuk tidak lagi melakukan perbuatan yang melanggar hukum dan kembali kepada nilai-nilai agama.Oleh karena itu sudah waktunya ditegakkan hukum yang tegas bagi mereka yang merusak alam.Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud memberikan gambaran, bahwa menegakkan hukum (bagi orang yang merusak) itu lebih banyak memberikan ketenangan bagi penduduk dunia dari pada turunnya hujan 40 hari”.Allah SWT telah banyak memberikan pelajaran kepada manusia tentang penyebab kehancuran umat terdahulu.Salah satu penyebab yang disebutkan di ayat ini adalah karena mereka terlalu banyak melakukan kemusyrikan. Dari ayat-ayat yang semacam ini sebenarnya kita diperintahkan untuk belajar dari kehancuran umat terdahulu dan jangan sampai melakukan kesalahan yang sama.
2.      Q.S. al-A`râf [7]: 56 – 58
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ۞ وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ۞ وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

a.      Terjemah
     “Dan janganlah kamu membuatkerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada­Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang­orang yang berbuat baik (56), Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat­Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah­buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang­orang yang telah mati, mudah­mudahan kamu mengambil pelajaran (57), Dan tanah yang baik, tanaman­tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman­tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda­tanda kebesaran (Kami) bagi orang­orang yang bersyukur.(58)”.
b.      Penjelasan
Allah melarang hambaNya membuat sedikit pun kerusakan di muka bumi ini. Sebagian ulama tafsir menjelaskan bahwa al­fasâd yang dimaksud di dalam ayat ini  mencakup semua jenis kerusakan, baik yang bersifat maknawi maupun yang bersifat materi, seperti merusak tuntunan agama dengan kesyirikan dan perbuatan bid`ah, pembunuhan, perampasan hak milik dengan pencurian atau korupsi, merusak akal dengan minuman beralkohol dan narkoba, merusak keturunan dengan zina, perilaku homoseksual dan lesbian, termasuk merusak sumber penghidupan (pertanian, peternakan, perkebunan), mengeksploitasi tambang dan sumber daya alam secara berlebihan dan lain sebagainya.
Al­ishlâh (perbaikan) yang dimaksud di dalam ayat tersebut juga mencakup pengertian maknawi dan materi. Seperti diutusnya para nabi dan rasul dan munculnya golongan orang-orang shaleh yang konsisten di bidang  dakwah merupakan salah satu cara Allah dalam memperbaiki dunia dan tatanannya. Dan salah satu bentuk perbaikan secara materi yang dilakukan Allah adalah dengan menjadikan bumi yang gersang menjadi subur melalui jaringan sistem alam yang konstan; Allah SWT memerintahkan angin menggiring awan untuk menyirami tanah-tanah yang dikehendakiNya. Mari kita rawat kelestarian alam, kita pelihara kesuburan tanah karena pesan yang bisa ditangkap dari ayat tersebut adalah bahwa tanah yang subur dijadikan Allah sebagai sumber penghidupan manusia yang menyediakan segala bentuk kebutuhan pokok, maka jangan merusak keharmonisan alam yang dapat merubah yang subur menjadi gersang yang tidak menumbuhkan tumbuhan apapun kecuali yang tidak bermanfaat.
Tanah yang subur menumbuhkan tumbuhan yang bermanfaat dengan izin Allah, dan tanah yang gersang tidak dapat menumbuhkan tanaman dengan baik.Sebenarnya perumpamaan al-Quran tentang kelestarian alam ini dapat diterapkan dalam ranah membentuk keluarga yang harmonis. Semangat yang dikandung perumpamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga yang baik insya Allah akan menghasilkan keturunan yang berkepribadian baik, sementara keluarga dengan kondisi lingkungan tidak baik akan menciptakan generasi yang merana.
3.      Q.S. Shâd [38]: 27

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
a.      Terjemah
Artinya: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi danapa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”.
b.      Penjelasan
Tidak ada satu perbuatan pun yang diwajibkan Allah atashambaNya yang tidak memiliki hikmah dan tujuan. Shalat berfungsi mengendalikan diri untuk tidak berbuat kemunkaran dan kekejian (Q.S. al-Ankabût [29]: 45). Zakat, infaq dan shadaqah menjadi unsur penting di dalam pemerataan distribusi kekayaan (Q.S. al-Hasyr [59]: 7).
 Puasa menumbuhkan rasa mawas diri sehingga selalu berhati-hati di dalam berbuat (Q.S. alBaqarah [2]: 183). Termasuk di dalam penciptaan manusia (dan jin), tujuannya adalah agar manusia menjadikan semua perbuatannya bernilai ibadah (Q.S. al-Dzâriât [51]: 56) sehingga tidak ada sedikit pun tindakan yang merusak dan merugikan orang lain. Melalui ayat ini Allah memberitahukan kesempurnaanNya dalam menciptakan langit, bumi dan isinya. Semua diciptakan dengan tujuan dan hikmah, Allah menciptakan segala sesuatu dengan teliti dan seksama (Q.S. al-Naml [27]: 88), tidak bermain-main (Q.S. alAnbiyâ’ [21]: 16, Q.S. al-Dukhân [44 : 38), tidak ada yang sia-sia tanpa tujuan (Q.S. Ali Imrân [3]:191, Q.S. al-Mukminûn [23]: 115). Sebenarnya ayat-ayat semacam ini mengandung pesan bagi manusia untuk selalu berhati-hati di dalam menentukan kebijakan dan melakukan tindakan, setiap kebijakan dan tindakannya harus menimbulkan pengaruh positif, tidak menimbulkan kerusakan yang mengancam keharmonisan kehidupan dan kelestarian alam.

4. Q.S.al-Furqân [25]:45            -50
أَلَمْ تَرَ إِلَىٰ رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًا۞ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا۞وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا۞وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا۞لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا۞وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَىٰ أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا
a. Terjemah
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang­bayang; dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang­bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang­bayang itu (45), kemudian Kami menarik bayang­bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan­lahan (46), Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha (47). Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat­nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih (48), agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang­binatang ternak dan manusia yang banyak (49), Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat) (50).
c.       Penjelasan
Di sini, Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaanNya berkaitan dengan kejadian alam berjalan tertib, konstan dan stabil setiap hari.Apa yang disaksikan oleh ilmuan sama dengan apa yang disaksikan oleh petani, semuanya berjalan sesuai dengan sunnatullah. Proses terjadinya bayangan dengan melibatkan matahari, proses terjadinya siang dan malam dengan manfaat dan kegunaan masing-masing bagi manusia, bertiupnya angin yang menggiring awan, proses terjadinya hujan yang menghidupkan tanah-tanah gersang, juga memberikan penghidupan bagi tanaman, binatang ternak dan manusia merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang harus direnungkan dan ditadabburiuntuk kebaikan kehidupan manusia khususnya dan makhluk hidup pada umumnya. Ayat-ayat kauniyyah semacam ini seperti yang sudah kita simpulkan di atas, memberikan pesan moral kepada manusia untuk menjaga kelestarian alam dan keharmonisan lingkungan hidup.Allah bertanggung jawab mengendalikan ciptaanNya untuk kelangsungan hidup manusia, tetapi manusia juga bertanggung jawab atas kehidupannya dengan menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitarnya.
5. Q.S. al-Baqarah [2]: 204 – 206

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ۞ وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَاد۞ وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ ۚ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ ۚ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ

a.      Terjemah
Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannyatentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras (204), Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam­tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan (205), Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburukburuknya (206)
b.      Penjelasan
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang munafiq pada umumnya, yang mulutnya mengeluarkan kata-kata manis tetapi di dalam hatinya memendam permusuhan yang sangat dengan nabi dan umat Islam pada umumnya. Kalau bertemu dengan orang-orangIslam menunjukkan keislaman yang luar biasa meskipun hatinya menyimpan kekafiran dan permusuhan, tetapi ketika kembali kepada kelompoknya mereka merencanakan tipu daya terhadap nabi dan umat Islam. Rencana jahat yang disebutkan di dalam surat ini adalah membinasakan ladang-ladang pertanian yang menjadi sumber penghidupan dan kehidupan mereka, serta menghentikan munculnya generasi muslim dengan rencana pembunuhan dan peperangan.
Ketika orang-orang munafik diberi nasehat untuk kembali ke jalan yang benar, tidak membuat kerusakan dan diajak bertakwa kepada Allah, mereka senantiasa dengan kesombongannya menolak ajakan baik ini.Maka tidak ada balasan yang layak bagi mereka kecuali neraka jahanam. Kalau ayat ini dipahami dengan konteks kekinian dan keindonesiaan dengan tema pelestarian alam, maka banyak oknum pejabat dan kepala daerah yang mempunyai karakter yang sama dengan orang-orang munafik.
Go green merupakan salah satu tema sentral 10 tahun terakhir bagi beberapa propinsi dan kabupaten/kota di Indonesia, sehingga banyak daerah yang mencanangkan aksi penanaman 1000 pohon dengan segala persiapan dan seremonial yang menghabiskan dana  milyaran. Tetapi kasus yang terjadi di salah satu propinsi, lokasi yang digunakan untuk deklarasi penanaman 1000 pohon yang seharusnya menjadi hutan kota, ternyata pada tahun berikutnya menjadi bangunan besar yang tidak banyak berfungsi, sedang 1000 pohon yang ditanam di lokasi tersebut sudah tidak ada yang tersisa. Inilah karakter orang munafik yang kebijakannya tidak sesuai dengan penerapan di lapangan.
Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang muslim yang menanam tanaman atau menanam tumbuhan, kemudian memakan darinya burung atau manusia atau binatang, maka baginya pahala shadaqah dari apa yang telah dimakan (tersebut)”. (HR.Bukhari dan Muslim)
Imam Muslim menulis hadits ini di dalam bab Keutamaan Menanam Pohon dan Tanaman. Sebagian ulama juga menyatakan bahwa profesi sebagai petani lebih mulia dibanding dengan profesi yang lain, karena petani memberi manfaat bagi orang lain dengan menyediakan bahan makanan bagi mereka. Tumbuh-tumbuhan pada umumnya mempunyai peranan yang sangat besar bagi kelangsungan hidup semua makhluk.Oksigen yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup diproduksi oleh tumbuhan dan tanaman, maka keberadaan hutan sebagai paruparu dunia perlu dijaga kelestariannya.Tumbuh-tumbuhan juga dapat mengurangi terjadinya bahaya banjir dan tanah longsor.Belum lagi makhluk hidup selain manusia mayoritas kelangsungan hidupnya bergantung kepada tumbuhan dan tanaman, seperti burung, binatang ternak, binatang buas dan lainnya.
Hadits ini menganjurkan kita untuk gemar menanam pohon dan bercocok tanam, karena dapat memberikan penghidupan bagi makhluk hidup selain manusia.Dalam pengertian yang lebih luas, melestarikan alam merupakan salah satu bentuk ibadah sosial, yang secara tidak disengaja kita telah ikut berperan aktif memberikan dinasi/shodakoh untuk kehidupan manusia dan untuk makhluk yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar