BAB IV
ISLAM MENDORONG PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI
MARI MEMAHAMI
DAN MENGKAJI
1. Q.S. AL-`ALAQ [96]: 1-5
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ۞ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ۞ اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ۞ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ۞ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا
لَمْ يَعْلَمْ۞
a. Terjemah
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2),
Bacalah !dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3), Yang Mengajar (manusia) dengan
perantaraan qalam.(4), Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya (5)”.
b. Penjelasan
Lima ayat tersebut merupakan wahyu pertama
yang diturunkan kepada Rasulullah saw.
Dari kandungannya menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang mengembangkan
tradisi keilmuan, dan terbukti benar karena di dalam Q.S. al-Mujadilah [58]: 11
disebutkan bahwa orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang sangat mulia.
Wahyu pertama ini secara garis besar memerintahkan umat Islam untuk menjadi
orang pintar dan berilmu melalui banyak membaca, di samping banyak juga
ayat-ayat al-Quran yang mengajak manusia untuk berpikir, bertadabbur alam untuk
mengilmui apa-apa yang belum diketahui tentang rahasia semesta, sehingga mampu
menyelesaikan problematika yang dihadapi pada masa yang akan datang.
Kata
iqra`, yang di dalam terjemahnya diartikan dengan bacalah (wahai Muhammad),
perintah membaca ini semangatnya tidak hanya terfokus pada perintah membaca
ayat qur`âniyah, tetapi lebih luas lagi perintah untuk membaca ayat kauniyyah.
Maka dengan menggalakan gemar membaca, ilmu pengetahuan akan terus berkembang,
karena semakin banyak yang kita ketahui, semakin nampak kebodohan kita dan
semakin yakin akan kemahaluasan ilmu Allah.
Sebenarnya
secara tersirat ayat-ayat ini memberi pesan kepada manusia untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan manusia. Kata al`alaq, yang
diartikan dengan segumpal daging yang menggantung, menunjukkan sebuah fase
pertumbuhan janin di dalam rahim sang ibu. Pertumbuhan janin menjadi manusia
sempurna secara rinci juga diterangkan di Q.S. al-Mukminûn [23]: 12-15. Manusia
pasti membutuhkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan pertumbuhan janin
pada khususnya dan perkembangan manusia pada umumnya, dan saat ini perkembangan
ilmu spesialisasi di bidang kedokteran bisa dikatakan merupakan pengejawantahan
dari isyarat dan pesan yang ada di dalam al-Quran.
2. Q.S. YÛNUS [10]: 101
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا تُغْنِي
الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
a. Terjemahan
“Katakanlah : “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasulrasul yang memberi peringatan bagi
orangorang yang tidak beriman”.
b.Penjelasan
Allah SWT menjelaskan bahwa manusia
mempunyai dua kecenderungan yang berbeda yang saling bertolak belakang satu
sama lainnya; kecenderungan untuk beriman dan kecenderungan untuk kafir,
kecenderungan untuk berbuat baik dan kecenderungan untuk berbuat jahat.
Meskipun demikian manusia dibekali akal dan hati dalam rangka mengendalikan dua
kekuatan dalam jiwanya tersebut untuk dapat menentukan jalan yang terbaik bagi
dirinya. (Q.S. al-Syams [91] : 8-10). Rasulullah saw hanya diutus untuk memberi
peringatan dan menunjukkan jalan yang baik dan benar untuk kebahagiaan mereka
di dunia dan akhirat, serta membantu mereka menentukan pilihan mengajak mereka
selalu memikirkan kejadian alam dan ciptaan Allah SWT.
Oleh karena itu, manusia
dituntut untuk menggunakan anugerah akal dan hati sebaikbaiknya untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepadaNya dan meningkatkan kualitas
kehidupannya agar mereka selamat.Perintah untuk berpikir, perintah untuk
melihat dan yang senada dengan ungkapanungkapan tersebut merupakan juga
perintah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara khusus dan teknologi secara
umum.Karena ayat-ayat kauniyah yang sangat banyak ini mengharuskan kita untuk
memiliki peralatan yang canggih, maka pengembangan teknologi menjadi hal yang
niscaya.
3. Q.S. Al-Baqarah [2]: 164
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ
وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ
بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ
وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ
a. Terjemah
“Sessungguhnya dalam penciptan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siangbahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angina dan awan yang dikendalikan antara langit
danbumi; Sungguh (terdapat) tandatanda (keesaan dan kebesara Allah) bagi kaum
yang memikirkan”.
b.Penjelasan
Ketika Allah SWT memproklamirkan ketuhanan
dan keesaanNya kepada orangorang kafir dan musyrik, Allah SWT meyakinkan mereka
dengan menunjukkan tandatanda kekuasaanNya yang membuktikan bahwa Allah SWT
berhak untuk disembah.Setelah pada ayat sebelumnya Allah SWT menyatakan
keesesaan, pada ayat ini Allah SWT menyebutkan 8 (delapan) macam tanda
kekuasaanNya sebagai bukti bahwa hanya Allah SWT yang berhak untuk disembah dan
tiasa sekutu bagiNya. Semua yang disebutkan Allah SWT sebagai tanda
kekuasaanNya merupakan femomena-femnomena alam (sunnah kauniyyah) yang kalau
saja manusia merenungkan dan mengamati
secara cermat, dengan hati yang bersih dan pikiran terbuka, maka dirinya akan
gemetar menyaksikan keagungan kekuasaan dan luasnya rahmat Allah SWT. Ini jelas
tergambar pada penutup ayat : َنْو ُ ل ِ قْعَ
يٍمْوَق ِ لٍات َيَ ل
Muhammad Quthb, ketika mengomentari ayat-ayat
semesta semacam ini mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut merupakan metode yang
sempurna bagi penalaran dan pengamatan Islam terhadap alam. Ayat-ayat tersebut
mengarahkan akal manusia untuk mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji di alam
raya ini.Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakkur dan berakhir dengan amal.
Seperti tafsir tentang penciptakaan langit dan bumi (inna fî khalq as-samâwât
wa al-ardl . . .), disamping berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit
dan bumi, juga bermakna memikirkan sistem tata kerja alam semesta. Karena kata
khlaq mengandung makna pengukuran dan
pengaturan yang cermat.
Secara tidak langsung ayat-ayat tersebut
merupakan dasar bagi berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan dan pengembangan
teknologi; geografi, pertanian, pelayaran dan kelautan, astronomi dan
kedirgantaraan, antropologi, biologi dll. Namun Al-Qur`an memberi peringatan
agar manusia bersifat realistis, bahwa program pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi harus dipersiapkan dengan benar, tanpa itu manusia tidak akan
pernah sampai kepada hasil yang diidam-idamkan. Persiapan mental dan penguasaan
terhadap ilmu dan teknologi inilah yang kemudian oleh Al-Qur`an disebut dengan
sulthân (Q.S. al-Rahman [55]: 33).
1. Hadits tentangIlmu Pengetahuan dan
Teknologi
«Dari
Abu Ad Darda lalu berkata, «Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‹alaihi
wasallam bersabda: «Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya
sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu sungguh akan
dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar
laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan
pada malam purnama atas seluruh bintang.Para ulama adalah pewaris para nabi,
dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan
ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak. (HR.
Abu Dawud). Banyak pesan dan pelajaran yang bisa diambil dari hadits Abu Darda
tersebut:
1. Menuntut ilmu hukumnya fardlu `ain,artinya
bahwa setiap orang Islam wajib menuntut ilmu terutaama ilmu-ilmu agama.
2. Perjalanan untuk mendapatkan ilmutermasuk
pekerjaan yang bernilai ibadah, bahkan bisa disebut sedang berjihad, sehingga
rasulullah mengibaratkan mencari ilmu seperti perjalanan menuju surga.
3. Ilmu Pengetahuan dan teknologi, kalau
digunakan sesuai dengan proporsinya akanbanyak mendatangkan kemudahan, dan
memberikan kenyamanan hidup, termasuk dapat membantu memperlancar pelaksanaan
ibadah.
4. Kedudukan orang yang memiliki ilmu itu
lebih tinggi dari orang yang ahli ibadah, karena orang berilmu akan
melaksanakan ibadah sesuai dengan ilmunya, sementara orang ahli ibadah belum
tentu mengilmui ibadah yang dilakukan.
5. Membandingkan antara bulan purnama dan
benda planet lainnya merupakan pesan tersendiri yang secara tersirat mendorong
manusia untuk mengembangkan teknologinya, terutama yang berkaitan dengan
astronomi.
Tidak
sama kedudukan orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Yang memiliki
ilmu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan mulia, baik di dunia dan di
akhirat.Maka umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu.Di dalam al-Quran
terdapat tidak kurang dari enam belas ayat, yang Allah SWT menutup ayat-ayat
semesta ini dengan kalimat ulû alalbâb.Dapat dikatakan bahwa ulû alalbâb
merupakan kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT.Di
antara keistimewaannya adalah mereka diberi alhikmah, kebijaksanaan dan
pengetahuan, di samping pengetahuan yang diperolehnya mereka secara empiris;
Mereka mampu belajar dari sejarah berbagai bangsa, kemudian disimpulkannya satu
pelajaran yang bermanfaat, yang dapat dijadikan petunjuk dalam mengambil
keputusan di dalam kehidupan ini. Selain beberapa keistimewaan yang diberikan
Allah SWT kepada mereka sebagaimana tersebut di atas, mereka (ulû alalbâb)
juga memiliki sifat-sifat yang lain istimewa, antara lain :
1. Bersunguh-sungguh mencari ilmu, termasuk
di dalamnya kesenangannya mentadabburi ciptaan Allah SWT di langit dan di bumi,
dan mentasyakkuri dengan memanfaatkan nikmat Allah SWT menggunkan akal pikiran,
sehingga kenikmatan itu makin bertambah.
2. Mampu memisahkan yang jelek dari yang
baik, kemudian ia memilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan
kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang.
(Q.S. Al-An`âm : 100)
3. Kritis dalam mendengarkan
pembicaraan,pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi atau dalil yang
dikemukakan orang lain. (Q.S. Az-Zumar : 18)
4. Bersedia menyampaikan ilmunya kepada
masyarakat lain untuk memperbaiki masyarakatnya; bersedia memberikan peringatan
kepada masyarakat (Q.S. alTaubah [9]: 122)
5.
Tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah SWT. Berkali-kali
Al-Qur`an menyebutkan bahwa ulû alalbâb hanya takut kepada Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar