Sabtu, 12 Mei 2018

BAB IV



BAB IV
ISLAM MENDORONG PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
MARI MEMAHAMI DAN MENGKAJI                              
1.      Q.S. AL-`ALAQ [96]: 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ۞ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ۞ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ۞ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ۞ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ۞

a.      Terjemah
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah !dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3), Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam.(4), Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”.
b.      Penjelasan
        Lima ayat tersebut merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada  Rasulullah saw. Dari kandungannya menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang mengembangkan tradisi keilmuan, dan terbukti benar karena di dalam Q.S. al-Mujadilah [58]: 11 disebutkan bahwa orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang sangat mulia. Wahyu pertama ini secara garis besar memerintahkan umat Islam untuk menjadi orang pintar dan berilmu melalui banyak membaca, di samping banyak juga ayat-ayat al-Quran yang mengajak manusia untuk berpikir, bertadabbur alam untuk mengilmui apa-apa yang belum diketahui tentang rahasia semesta, sehingga mampu menyelesaikan problematika yang dihadapi pada masa yang akan datang.
        Kata iqra`, yang di dalam terjemahnya diartikan dengan bacalah (wahai Muhammad), perintah membaca ini semangatnya tidak hanya terfokus pada perintah membaca ayat qur`âniyah, tetapi lebih luas lagi perintah untuk membaca ayat kauniyyah. Maka dengan menggalakan gemar membaca, ilmu pengetahuan akan terus berkembang, karena semakin banyak yang kita ketahui, semakin nampak kebodohan kita dan semakin yakin akan kemahaluasan ilmu Allah.
        Sebenarnya secara tersirat ayat-ayat ini memberi pesan kepada manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan manusia. Kata al`alaq, yang diartikan dengan segumpal daging yang menggantung, menunjukkan sebuah fase pertumbuhan janin di dalam rahim sang ibu. Pertumbuhan janin menjadi manusia sempurna secara rinci juga diterangkan di Q.S. al-Mukminûn [23]: 12-15. Manusia pasti membutuhkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan pertumbuhan janin pada khususnya dan perkembangan manusia pada umumnya, dan saat ini perkembangan ilmu spesialisasi di bidang kedokteran bisa dikatakan merupakan pengejawantahan dari isyarat dan pesan yang ada di dalam al-Quran.

2. Q.S. YÛNUS [10]: 101
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
a. Terjemahan
“Katakanlah : “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul­rasul yang memberi peringatan bagi orang­orang yang tidak beriman”.
b.Penjelasan
         Allah SWT menjelaskan bahwa manusia mempunyai dua kecenderungan yang berbeda yang saling bertolak belakang satu sama lainnya; kecenderungan untuk beriman dan kecenderungan untuk kafir, kecenderungan untuk berbuat baik dan kecenderungan untuk berbuat jahat. Meskipun demikian manusia dibekali akal dan hati dalam rangka mengendalikan dua kekuatan dalam jiwanya tersebut untuk dapat menentukan jalan yang terbaik bagi dirinya. (Q.S. al-Syams [91] : 8-10). Rasulullah saw hanya diutus untuk memberi peringatan dan menunjukkan jalan yang baik dan benar untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat, serta membantu mereka menentukan pilihan mengajak mereka selalu memikirkan kejadian alam dan ciptaan Allah SWT.
         Oleh karena itu, manusia dituntut untuk menggunakan anugerah akal dan hati sebaikbaiknya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepadaNya dan meningkatkan kualitas kehidupannya agar mereka selamat.Perintah untuk berpikir, perintah untuk melihat dan yang senada dengan ungkapanungkapan tersebut merupakan juga perintah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara khusus dan teknologi secara umum.Karena ayat-ayat kauniyah yang sangat banyak ini mengharuskan kita untuk memiliki peralatan yang canggih, maka pengembangan teknologi menjadi hal yang niscaya.

3. Q.S. Al-Baqarah [2]: 164
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
a. Terjemah
“Sessungguhnya dalam penciptan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siangbahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari  langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)­nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angina dan awan yang dikendalikan antara langit danbumi; Sungguh (terdapat) tanda­tanda (keesaan dan kebesara Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
b.Penjelasan
Ketika Allah SWT memproklamirkan ketuhanan dan keesaanNya kepada orangorang kafir dan musyrik, Allah SWT meyakinkan mereka dengan menunjukkan tandatanda kekuasaanNya yang membuktikan bahwa Allah SWT berhak untuk disembah.Setelah pada ayat sebelumnya Allah SWT menyatakan keesesaan, pada ayat ini Allah SWT menyebutkan 8 (delapan) macam tanda kekuasaanNya sebagai bukti bahwa hanya Allah SWT yang berhak untuk disembah dan tiasa sekutu bagiNya. Semua yang disebutkan Allah SWT sebagai tanda kekuasaanNya merupakan femomena-femnomena alam (sunnah kauniyyah) yang kalau saja manusia  merenungkan dan mengamati secara cermat, dengan hati yang bersih dan pikiran terbuka, maka dirinya akan gemetar menyaksikan keagungan kekuasaan dan luasnya rahmat Allah SWT. Ini jelas tergambar pada penutup ayat : َنْو ُ ل ِ قْعَ يٍمْوَق ِ لٍات َيَ ل
Muhammad Quthb, ketika mengomentari ayat-ayat semesta semacam ini mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut merupakan metode yang sempurna bagi penalaran dan pengamatan Islam terhadap alam. Ayat-ayat tersebut mengarahkan akal manusia untuk mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji di alam raya ini.Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakkur dan berakhir dengan amal. Seperti tafsir tentang penciptakaan langit dan bumi (inna fî khalq as-samâwât wa al-ardl . . .), disamping berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi, juga bermakna memikirkan sistem tata kerja alam semesta. Karena kata khlaq mengandung  makna pengukuran dan pengaturan yang cermat.
Secara tidak langsung ayat-ayat tersebut merupakan dasar bagi berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi; geografi, pertanian, pelayaran dan kelautan, astronomi dan kedirgantaraan, antropologi, biologi dll. Namun Al-Qur`an memberi peringatan agar manusia bersifat realistis, bahwa program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dipersiapkan dengan benar, tanpa itu manusia tidak akan pernah sampai kepada hasil yang diidam-idamkan. Persiapan mental dan penguasaan terhadap ilmu dan teknologi inilah yang kemudian oleh Al-Qur`an disebut dengan sulthân (Q.S. al-Rahman [55]: 33).
1.      Hadits tentangIlmu Pengetahuan dan Teknologi
          «Dari Abu Ad Darda lalu berkata, «Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‹alaihi wasallam bersabda: «Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu sungguh akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang.Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak. (HR. Abu Dawud). Banyak pesan dan pelajaran yang bisa diambil dari hadits Abu Darda tersebut:
1.      Menuntut ilmu hukumnya fardlu `ain,artinya bahwa setiap orang Islam wajib menuntut ilmu terutaama ilmu-ilmu agama.
2.      Perjalanan untuk mendapatkan ilmutermasuk pekerjaan yang bernilai ibadah, bahkan bisa disebut sedang berjihad, sehingga rasulullah mengibaratkan mencari ilmu seperti perjalanan menuju surga.
3. Ilmu Pengetahuan dan teknologi, kalau digunakan sesuai dengan proporsinya akanbanyak mendatangkan kemudahan, dan memberikan kenyamanan hidup, termasuk dapat membantu memperlancar pelaksanaan ibadah.
4. Kedudukan orang yang memiliki ilmu itu lebih tinggi dari orang yang ahli ibadah, karena orang berilmu akan melaksanakan ibadah sesuai dengan ilmunya, sementara orang ahli ibadah belum tentu mengilmui ibadah yang dilakukan.
5. Membandingkan antara bulan purnama dan benda planet lainnya merupakan pesan tersendiri yang secara tersirat mendorong manusia untuk mengembangkan teknologinya, terutama yang berkaitan dengan astronomi.
           Tidak sama kedudukan orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Yang memiliki ilmu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan mulia, baik di dunia dan di akhirat.Maka umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu.Di dalam al-Quran terdapat tidak kurang dari enam belas ayat, yang Allah SWT menutup ayat-ayat semesta ini dengan kalimat ulû al­albâb.Dapat dikatakan bahwa ulû al­albâb merupakan kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT.Di antara keistimewaannya adalah mereka diberi al­hikmah, kebijaksanaan dan pengetahuan, di samping pengetahuan yang diperolehnya mereka secara empiris; Mereka mampu belajar dari sejarah berbagai bangsa, kemudian disimpulkannya satu pelajaran yang bermanfaat, yang dapat dijadikan petunjuk dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan ini. Selain beberapa keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada mereka sebagaimana tersebut di atas, mereka (ulû al­albâb) juga memiliki sifat-sifat yang lain istimewa, antara lain :
1. Bersunguh-sungguh mencari ilmu, termasuk di dalamnya kesenangannya mentadabburi ciptaan Allah SWT di langit dan di bumi, dan mentasyakkuri dengan memanfaatkan nikmat Allah SWT menggunkan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah.
2. Mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian ia memilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang. (Q.S. Al-An`âm : 100)
3. Kritis dalam mendengarkan pembicaraan,pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi atau dalil yang dikemukakan orang lain. (Q.S. Az-Zumar : 18)
4. Bersedia menyampaikan ilmunya kepada masyarakat lain untuk memperbaiki masyarakatnya; bersedia memberikan peringatan kepada masyarakat (Q.S. alTaubah [9]: 122)
5.  Tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah SWT. Berkali-kali Al-Qur`an menyebutkan bahwa ulû al­albâb hanya takut kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar